Jumat, 23 Januari 2009

PROUT: Teori Sosial Ekonomi untuk Millennium Baru
Posted by Ananda Marga
On 26 June 2008
Categories: Ananda Marga, Artikel Umum, Filsafat Social

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.
Pada masa kini ada dua teori yang membentuk pandangan dunia atas ekonomi dan politik. Hanya ada beberapa negara saja yang masih mengikuti kebijakan dan sistim ekonomi dan politik berdasarkan Marxisme, sedangkan kebanyakan sisanya mengembangkan sistimnya berdasarkan kapitalisme. Makin lama telah makin menjadi jelas bahwa baik Marxisme maupun kapitalisme tidak dapat memenuhui segala kebutuhan masyarakat, dan kini tepat masanya untuk menampilkan pemikiran sosial ekonomi yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan umat manusia. Pada tahun 1959 dalam beberapa kuliahnya dan kemudian diterbitkan dalam buku Idea and Ideology, PR Sarkar pertama kali menerangkan teori sosial ekonomi yang disebutnya Progressive Utilization Theory (asas manfaat maju), disingkat dengan PROUT.
Memang dapat ditunjukkan bahwa PROUT memiliki banyak kesamaan dengan filsafat sosial ekonomi yang ada, namun setelah mendalami pengertian-pengertian yang diungkapkan Sarkar, jelas bahwa PROUT memang kini tampil sendirian di bumi ini, yaitu bahwa PROUT didasarkan atas konsep spiritualitas alam semesta dan kemanusian dan bukannya atas dasar konsep materialistik belaka. Pengertian bahwa seluruh benda hidup mapun mati adalah bagian dari sebuah Kesadaran Agung, dan harus diperlakukan sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang utuh adalah dasar pemikiran PROUT. Seperti halnya kapitalisme dan Marxisme muncul dalam suatu abad tatkala ahli fisika dan filsafat memiliki pandangan materialistik dan mekanistik, maka PROUT tumbuh saat umat manusia mulai menerima pandangan holistik (menyeluruh) dan spiritual atas alam semesta.
Dasar holistik dan spiritual ini membantu pembentukan suatu pandangan baru atas ilmu ekonomi, sejarah, dan kepemimpinan politik dan memberikan harapan bahwa umat manusia dapat keluar dari krisis sosial ekonomi yang ada sekarang.
Salah satu cara untuk memahami PROUT adalah dengan mengamati pengertian Sarkar atas kata-kata progress, unilizatioin, dan theory (maju, pemanfaatan, dan teori). Menurut Sarkar, progress, maju, dalam arti sebenarnya, berlangsung pada bidang spiritual karena hanya disitu seseorang dapat bergerak menuju suatu tujuan tanpa menimbulkan gerakan timbalan. Sebaliknya dalam bidang fisik, ada “kemajuan” seperti penemuan mobil, namun selalu disertai kecenderungan lawannya, seperti polusi dan meningkatnya resiko luka dan kematian karena kecelakaan.
Dalam tingkat mental atau psikis kini terdapat juga kemajuan seperti meningkatnya ilmu pengetahuan secara massal, namun lagi-lagi dijumpai akibat negatip dari kemajuan seperti meningkatnya stres, kekacuan psikis dan penyakit mental yang menyertai kemajuan mental. Pengertian kemajuan, progress, menurut Sarkat adalah, agar manusia menyesuaikan diri menghadapi perubahan kemajuan dalam dunia fisik dan psikis sekaligus maju menuju tujuan spiritual.
Utilization, pemanfaatan, berarti sumber daya alam semesta ini harus dipergunakan demi kebaikan dan kebahagiaan semua, bukan hanya sebagian saja. Pemanfaatan sumber daya juga berlaku dalam bidang supra duniawi, yaitu potensi spiritual dan psikis, yang biasanya terlalaikan dalam kebanyakan pendekatan ilmu ekonomi.
Beberapa teori memang bagus dalam wacana teoretis namun tak dapat berwujud dalam dunia praktis karena berubahnya keadaan. Suatu teori yang dikembangkan setelah mengamati keadaan ekonomi abad 19 mungkin tak dapat dipergunakan lagi dalam abad 21. Banyak teori yang dikemukakan oleh para hipokrit yang tak pernah berniat untuk melaksanakan teori mereka, ada juga teori yang diajukan oleh para ahli logika yang sekedar senang hidup dalam dunia angan-angan dan karena itu teori mereka tak bermanfaat bagi masyarakat.
Sarkar mengajukan pendapat bahwa teori yang paling baik adalah yang didasarkan pada penilaian keadaan dunia dan mengandung kemampuan untuk menyesuaikan diri menghadapi perubahan-perubahan lingkungan. Progressive Utilization Theory adalah teori yang demikian yang didasarkan atas pengamatan masyarakat dan mengandung cara untuk mengatur penyesuaian menghadapi perubahan dalam dunia.
PROUT mengandung konsep-konsep progress, kemajuan, dan utilization, pemanfaatan, dalam suatu teori yang dibentuk atas lima prinsip dasar utama:
1. “Tak seorangpun boleh mengumpulkan kekayaan fisik tanpa ijin yang jelas atau persetujuan dari badan bersama”.
Prinsip ini menanggulangi kelemahan dasar kapitalisme yang membiarkan beberapa orang saja mengumpulkan kekayaan bahkan biarpun mengakibatkan kelaparan bagi jutaan orang. Dalam hal ini secara tegas dinyatakan bahwa pendekatan kebersamaan merupakan dasar untuk menghadapi persoalan-persoalan ekonomi. Meskipun prinsip ini mengemukakan pembatasan kepemilikan kekayaan fisik yang memang merupakan sesuatu yang terbatas, namun prinsip ini tidak mengemukakan pembatasan kekayaan dalam tingkat mental dan spiritual, karena itu semua adalah kekayaan umat manusia yang tak terbatas dan tak boleh dibatasi. Dalam Marxisme, pembedaan antara kekayaan fisik dan psikis tak dikenal, dan pembatasan kejam atas kebebasan berpikir dan agama menghantar kehancuran kebanyakan sistim yang didasarkan atas teori ini.

2. “Harus ada pemanfaatan maksimum dan pembagian yang rasionil atas semua potensi alam semesta baik duniawi, supra duniawi, dan spiritual.”

Prinsip ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkan seluruh sumber daya alam semesta untuk memuaskan kebutuhan umat manusia. “Pembagian yang rasionil” berarti bahwa kebutuhan minimum semua orang harus terjamin, namun orang-orang yang menyumbangkan pelayanan khusus bagi masyarakat harus memperoleh imbalan khusus pula untuk mendorong karya mereka dan juga untuk mendorong orang lain turut serta menyumbangkan sesuatu secara lebih kepada masyarakat. Pembagian yang rasionil tidak berarti pemerataan yang sama rata.

3. “Harus ada pemanfaatan yang maksimum dan pembagian yang rationil atas semua potensi fisik, metafisik, dan spiritual dari suatu unit dan badan bersama masyarakat.”

Prinsip ini berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya manusia, dan menyatakan bahwa masyarakat yang sehat harus mengembangkan potensi semua orangnya. Dengan tak disediakannya kesempatan untuk kemajuan pendidikan dan ekonomi bagi sebagian besar umat manusia, masyarakat jaman sekarang sama sekali tidak memanfaatkan benar sumber daya manusia yang sangat berharga itu. Prinsip ini juga menaruh perhatian pada perlunya keseimbangan antara kepentingan bersama dan kepentingan individu.

4. “Harus selalu tersedia penyesuaian yang patut antara pemanfaatan fisik, metafisik, duniawi, supra duniawi, dan spiritual.”

Disini Sarkar mengatakan bahwa masyarakat harus memberi inspirasi bagi orang-orangnya untuk bekerja demi kepentingan masing-masing dan bersama, dan dengan demikian beliau juga mendorong agar ada upaya sedemikian sehingga semua orang dapat memperoleh kebutuhan minimum dengan kerja yang pantas. Prinsip ini juga mengajak agar masyarakat memanfaatkan sebaik-baiknya sarana yang agak jarang seperti spiritualitas.

5. “Cara pemanfaatan haruslah disesuaikan menurut perubahan dalam waktu, ruang, dan orang, dan pemanfaatan haruslah bersifat progresip”.

Prinsip ini membuat masyarakat memiliki cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan dan juga mendorong manusia untuk memanfaatkan riset ilmu pengetahuan dituntun dengan asas Neo-Humanisme agar dapat diperoleh kesejahteraan bagi semua.
Ekonomi PROUT

Bagaimana prinsip-prinsip PROUT dapat diterapkan pada masyarakat sementara ini memang masih merupakan persoalan teoretis karena belum ada suatu negarapun yang menerapkan PROUT. Juga cara penerapan PROUT akan berubah dari waktu ke waktu. Namun tulisan Sarkar dan berbagai tulisan komentar atas PROUT menunjukkan bahwa prinsip PROUT dapat digunakan untuk membangun sistim ekonomi, yang mungkin dapat disebut sebagai Progressive Socialism, sosialisme progresip, suatu sosialisme bukan-Marxis namun berdasarkan Neo-Humanisme.

Dalam berbagai tulisannya mengenai kebijaksanaan industri dan ekonomi, Sarkar menekankan akan perlunya upaya menghindari pemerasan (eksploitasi) ekonomi. Jadi badan usaha ekonomi utama yang menyediakaan kebutuhan dasar bagi orang banyak janganlah ditaruh ditangan pribadi-pribadi. Sarkar juga menyadari berbagai kegagalan yang dialami banyak pemerintah pusat untuk mengendalikan langsung badan-badan usaha semacam itu.

Untuk mengorganisir ekonomi berdasarkan PROUT diperlukan tiga tingkat ekonomi. Usaha kecil yang berpegawai sedikit dan tidak berurusan dengan barang dan jasa yang penting dapat dikendalikan dan dimiliki oleh usaha pribadi (misalnya restoran kecil).

Tingkat kedua, yang mencakup sebagian besar usaha, dapat dibangun seperti koperasi, dimiliki dan dipimpin oleh orang-orang yang bekerja dalam industri itu. Pekerja akan menjadi pemegang saham dari usaha dan memilih management seperti yang dilakukan oleh pemegang saham jaman sekarang.

Kategori ketiga mencakup usaha-usaha besar yang mempekerjakan banyak orang dan memiliki pengaruh besar dalam berbagai sudut ekonomi – industri kunci (seperti produksi baja, eneersi, transport, dll). Semua ini harus dikendalikan oleh badan publik atau pemerintah lokal yang otonomi, namun bukan oleh pemerintah pusat. Kategori ini harus menjalankan sistim tanpa untung, tanpa rugi.

Sistim yang demikian harus mengikuti asas desentralisasi ekonomi dan hal ini dapat dicapai dengan melakukan re-organisasi ulang seluruh ekonomi dengan dasar pembagian wilayah-wilayah ekonomi swadaya dan didalam masing-masing daerah diupayakan keseimbangan antara sektor ekonomi pertanian, industri, dan jasa.

Pemikiran ekonomi PROUT adalah mengupayakan standar hidup yang layak bagi semua orang dan menjaga agar kekuatan ekonomi tidak terkumpul dalam beberapa tangan saja.
Teori sejarah dan Pemerintahan

Untuk membangun sistim yang demikian diperlukan suatu pengaturan pemerintahan yang baru. Berbagai percobaan sosialis dalam abad 19 dan 20 menemui kegagalan, kekecewaan dan bahkan lebih buruk lagi. Bagaimana ini dapat dihindari di masa depan dapat dipelajari dengan mempelajari interpretasi yang baru dari PR Sarkar mengenai sejarah yang diuraikannya dalam buku Human Society.

Sarkar mengatakan bahwa sejarah dapat dibaca sebagai daur penguasaan oleh berbagai kelas masyarakat. Konsepsinya mengenai kelas masyarakat memang berbeda dari pembagian kelas secara materialistis sebelumnya. Sarkar membagi kelas menurut sifat mental dan bukan menurut urusan fisik atau material. Menurutnya, pada permulaan sejarah umat manusia, mentalitas utama atau kelas waktu itu adalah shudra – orang-orang yang menganggap benda lebih dominan daripada pikiran. Mereka terutama berkepentingan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya. Sepanjang sejarah, orang-orang yang membanting tulang demi bertahan hidup secara fisik, termasuk dalam golongan shudra atau pekerja ini.

Sarkar kemudian mencatat bahwa kepemimpinan masyarakat berpindah jatuh ke tangan orang-orang dengan mentalitas yang berbeda. Kelas ksattriya (satria) mengembangkan mentalitas bahwa ”dengan kekuatan fisik saya dapat menguasai dunia (materi)”. Dari jaman ke jaman sejak masa Neolitik sampai masa “sejarah kuno”, kelas ini menguasai masyarakat. Catatan sejarah perang yang dilakukan oleh berbagai bangsa besar di Timur Tengah adalah contoh dari abad para satria ini.

Dalam evolusi masyarakat lebih lanjut muncul suatu kelas yang menjadi kuat. Para vipra atau kaum intelektual memiliki pendekatan yang lain untuk menundukkan dunia. Mereka berpikir: “Dengan kemampuan mental saya dapat menguasai dunia.” Dengan demikian selama Abad Pertengahan, para menteri, penasihat, atau pendeta (paus, imam, dll) memegang kekuasaan yang sebenarnya dalam masyarakat meskipun para raja-satria tetap tersebutkan sebagai penguasa. Kelas intelektual ini membawa berbagai pemikiran psikis baru, bahkan terkadang pemikiran spiritual, namun mereka memeras masyarakat dan bertanggung jawab atas berbagai perang agama waktu itu.

Daur masyarakat terus bergerak. Kaum intelektual pudar pengaruhnya dan muncul kelas baru, vaeshya atau kapitalis yang menciptakan revolusi industri dan perdagangan serta mempercepat munculnya abad modern. Mentalitas kelas ini adalah memanfaatkan kekuatan mental untuk menguasai kekayaan. Seperti jaman satria yang memiliki jenis pemerintahan tertentu, yaitu kerajaan, dan jaman intelektual memiliki variasi dari kerajaan yang disebut Sarkar sebagai ministocracy (kekuasaan dibawah kendali menteri), abad kapitalis menampilkan demokrasi. Kini sebagian besar negara di dunia berada dalam jaman kapitalis.

Menurut Sarkar jaman vaeshsya ini telah mendekati akhirnya dan akan ditutup dengan revolusi sosial oleh massa yang tertekan secara ekonomi, politik dan psikologis. Seusai revolusi, abad satria akan mulai lagi.

Namun apakah kebudayaan masa depan akan menjadi demikian gelap karena kita hanya dapat menantikan revolusi dan diktator militer saja? Teori Sarkar mengajukan kemungkinan lain. Beliau mengatakan bahwa pengaturan yang paling baik adalah dengan evolusi sekelompok manusia yang disebutnya sebagai sadvipra. Para Sadvipra ini adalah orang revolusioner secara spiritual dan moral dan bekerja menentang pemerasan atau eksploitasi atas kelas manapun. Masalah yang terjadi dalam kebanyakan perubahan sosial masa lalu dan tak terhindarkan adalah kelas yang memulai perubahan belakangan menjadi pemeras atas bagian masyarakat lainnya. Cara menghindarinya adalah dengan membentuk para sadvipra yang akan bekerja demi kepentingan semua pihak.

Konsep politik dari PROUT adalah membentuk dewan terpilih dari orang-orang yang secara spiritual telah berkembang. Perlu reformasi atas demokrasi masa kini. Kini demokrasi, meskipun lebih baik dari berbagai sistim yang lain, memiliki berbagai kelemahan. Pertama, tak ada upaya pemenuhan hak ekonomi masyarakat dan bahkan demokrasi adalah sistim pemerintahan yang disukai oleh kepentingan-kepentingan ekonomi kuat untuk dapat dengan mudah membeli jalannya demi memperoleh pengaruh dan kekuasaan. Tambahan pula ada tiga syarat dasar yang sering tak dapat dijumpai pada orang-orang yang dipilih, sehingga ini makin menjamin terpilihnya pemimpin-pemimpin dengan standar yang buruk dari tahun ke tahun.

Tiga syarat itu adalah: Pendidikan: di tempat banyak orang buta huruf atau tak berpendidikan, maka politisi tak tahu diri akan memanfaatkannya dan memperoleh pemilihan dengan cara tak jujur. Ini sering terjadi di negara-negara yang kurang maju. Moral adalah syarat berikutnya yang sering tak ada. Bila 51 persen orang tidak jujur, maka yang dapat terpilih adalah orang yang tidak jujur. Unsur yang sering tak ada yang lain adalah kesadaran politik sosial ekonomi. Sekedar pendidikan tidaklah cukup. Para pemilih haruslah tahu apa yang dipilihnya atau dengan mudah mereka akan dituntun oleh politisi oportunis. Jadi, Sarkar mengatakan bahwa standar pendidikan, moralitas, dan kesadaran sosial ekonomi harus ditingkatkan dan dari masyarakat demikianlah, pemimpin sesungguhnya dengan semangat pelayanan sosial (sadvipra) dapat muncul dan melayani masayarakat. Dengan kepemimpinan universal demikian, umat manusia dapat membalikkan kelemahan-kelemahan masa kini dan dapat mengembangkan sistim sosial dan ekonomi yang rasionil, adil dan sungguh progresip.

Untuk mengenal lebih lanjut mengenai Progressive Utilization Theory, kunjungi website berikut:

http://www.proutist-universal.org
Seting telkomsel flash untuk hp SE K660i
A) seting tarif ukuran file
1) pada seting internet APN: internet ,user name: - ,pasword: - ,proxy: mati

B) seting tarif waktu
2) APN: flash, user name: - , pasword: -, proxy: mati

Info lebih lanjut kunjungi.
www.telkomsel.com/flash
Semoga bermanfaat